KEUNTUNGAN DAN KEKURANGAN DARI E-COMMERCE
Dalam implementasinya, keuntungan dari e-commerce tidak saja
dirasakan oleh para pebisnis tetapi juga dapat dirasakan oleh konsumen,
masyarakat luas dan pemerintah. Di bawah ini merupakan gambaran keuntungan dan
kekurangan dari e-commerce yang dirangkum dalam tiga bagian, dalam prespektif
produsen, konsumen serta masyarakat dan pemerintahan.
- Adapun keuntungan e-commerce pada produsen adalah:
- Memberikan kesempatan kepada produsen untuk meningkatkan pemasaran produk/servicenya secara global.
- Mengurangi penggunaan paper/kertas di berbagai aktifitas mulai dari tahapan desain, produksi, pengepakan, pengiriman, distribusi hingga marketing.
- Mengurangi waktu delay dari pengiriman dan penyimpanan karena antara sistem produksi, pengepakan, penyimpanan dan distribusi terkoneksi secara online.
- Membantu perusahaan-perusahaan yang memproduksi produk/service yang sangat spesifik yang tidak dapat dipasarkan dalam bisnis secara fisik, karena keterbatasan konsumen, tempat dan biaya promosi yang tinggi.
- Mengurangi waktu dan biaya prosmosi dari produk/service yang dipasarkan karena tersedianya informasi secara menyeluruh di internet sepanjang waktu.
- Adapun keuntungan e-commerce pada konsumen adalah:
- Memberikan kesempatan konsumen yang berada di belahan dunia manapun untuk dapat menggunakan sebuah produk/service yang dihasilkan dari belahan dunia yang berbeda dan melakukan transaksi dan meraih informasi dari pihak pertama sepanjang tahun.
- Memberikan kesempatan konsumen untuk mendapatkan produk/service terbaik dari berbagai pilihan yang ada karena konsumen mendapat kesempatan untuk memilih berbagai jenis produk/service secara langsung.
- Memberikan kesempatan bagi konsumen yang terpisah tempat tinggalnya dari produsen untuk berinteraksi, berdiskusi dan bertukar pengalaman. Sehingga akan sangat menguntungkan produsen untuk meningkatkan kualitas produk/servicenya sesuai dengan yang diinginkan oleh konsumen.
- Adapun keuntungan e-commerce pada masyarakat dan pemerintah adalah:
- Semakin banyak manusia yang bekerja dan beraktifitas di rumah dengan menggunakan internet berarti mengurangi perjalanan untuk bekerja, belanja dan aktifitas lainnya, sehingga mengurangi kemacetan jalan dan mereduksi polusi udara.
- Meningkatkan daya beli dan kesempatan masyarakat untuk mendapatkan produksi/service yang terbaik karena perusahaan yang mengeluarkan produk/service dapat menjualnya lebih murah karena biaya produksi yang rendah.
- Mengurangi pengangguran karena masyarakat semakin bergairah untuk berbisnis karena cara kerja yang gampang dan tanpa modal yang besar.
- Meningkatkan daya kreatifitas masyarakat, berbagai jenis produk dapat dipasarkan dengan baik, sehingga akhirnya juga membantu pemerintah untuk menggairahkan perdagangan khususnya usaha kecil menengah.
HAMBATAN DAN PELUANG
Pengimplementasian ecommerce di Indonesia masih harus menempuh
jalan yang panjang dan berliku. Berbagai hambatan yang ada dalam
pengimplementasiannya dapat berupa teknis dan non-teknis yang kesemua itu
membutuhkan kerjasama yang utuh antara pemerintah, pengembang dari e-commerce,
pebisnis dan para konsumen pemanfaatnya. Seperti produk-produk teknologi informasi
lainnya seperti juga e-government, e-commerce masih membutuhkan waktu yang lama
untuk dapat dikenal dan diterima di Indonesia. Berbagai hambatan tersebut dapat
diklasifikasikan sebagai berikut:
- Dukungan pemerintah. Dukungan pemerintah yang masih belum jelas ditambah dengan belum adanya kebijakankebijakan yang mendukung perkembangan dari e-commerce ini dikeluarkan, belum jelasnya deregulasi dari system teknologi informasi khususnya internet yang merupakan salah satu tulang punggung dari perkembangan e-commerce, perbaikan sistem pabeanan dan deregulasi dalam ekspor impor barang.
- Perkembangan infrastruktur yang lambat. Salah satu hambatan utama adalah masih kurangnya insfrastrukur yang ada dan belum merata kepelosok Indonesia. Dibutuhkan keseriusan pemerintah untuk secara bertahap membangun infrastrukur yang baik dan terprogram sehingga secara bertahap, rakyat Indonesia mulai dapat dikenalkan dengan internet sebagai salah satu hasil dari perkembangan teknologi informasi dengan biaya yang murah dan terjangkau.
- Kurangnya sumber daya manusia. Kurangnya SDM Indonesia yang benar-benar menguasai sistem e-commerce ini secara menyeluruh, yang tidak saja menguasai secara teknis juga non-teknis seperti sistem perbankan, lalu lintas perdagangan hingga sistem hukum yang berlaku. Salah satu alasan yang cukup utama yaitu masih kurangnya ketersediaan informasi, mulai dari buku-buku referensi, jurnal, majalah/tabloid yang membahas tentang e-commerce juga sarana pendidikan, seminar, workshop hingga pusat-pusat pengembangan yang dibangun antara pemerintah, pusat-pusat pendidikan dan tenaga ahli di bidang e-commerce.
- Dukungan dari institusi finansial seperti bank dan asuransi. Belum banyaknya bank yang telah membangun system ’electronic banking’ nya dengan baik, selain itu perbankan Indonesia juga masih sulit untuk melakukan transaksi dengan menggunakan mata uang lain, apalagi dalam jumlah nilai yang kecil serta belum adanya pihak ketiga sebagai penjamin transaksi secara online yang benar-benar berada di Indonesia.
- Perbaikan sistem perdagangan yang ada. Adanya keseriusan dari pemerintah untuk menderegulasi system perdagangan yang memberi kesempatan luas bagi berkembangnya UKM, sistem jaringan pengiriman yang baik dan aman, tidak adanya gangguan diperjalanan dan di institusi yang berhubungan dengannya seperti pelabuhan, pintu-pintu perbatasan dan international airport. Serta yang paling penting deregulasi di bidang ke pabeanan dan pajak yang mendukung sistem e-commerce ini berkembang. Kesemuanya itu bukanlah penghalang yang menjadi hambatan bagi perkembangan e-commerce di Indonesia, diharapkan sekali hambatan tersebut menjadi poin penting untuk mulai mengembangkan e-commerce di Indonesia.
- Jumlah penduduk Indonesia yang besar merupakan pangsa pasar yang masih dapat banyak digarap.
- Kondisi geografis yang sangat mendukung berkembangnya e-commerce, dengan begitu banyaknya pulau-pulau yang tersebar diseluruh nusantara, e-commerce merupakan salah satu jalan terbaik untuk meningkatkan bisnis antar pulau.
- Begitu banyaknya bahan alam yang dapat diolah menjadi produk-produk yang bagus dan istimewa.
- Begitu banyaknya adat-istiadat dan budaya yang ada, merupakan sumber inspirasi bagi perkembangan usaha kerajinan yang dapat menjadi sumber perdagangan dan komoditi pariwisata jika dikelola dengan baik.
Proses Bisnis dalam Kerangka Electronic Commerce
Seperti halnya dalam aktivitas bisnis konvensional, sistem
E-Commerce juga melalui tahapan-tahapan aktivitas tertentu yang biasa
diistilahkan dengan proses bisnis. Dari berbagai jenis proses bisnis yang ada,
aktivitas transaksi perdagangan antara penjual dan pembeli merupakan hal
mendasar yang harus dipahami oleh praktisi bisnis.
Sumber: David Kosiur, 1997
Sumber: David Kosiur, 1997
Dapat kita lihat bahwa perusahaan, sekelompok orang, atau
individu yang ingin menawarkan produk atau jasanya, dapat memulai rangkaian
bisnis dengan menggunakan internet sebagai media berkomunikasi (Kosiur, 1997).
Dengan bermodalkan sebuah website atau homepage, penjual (seller) dapat
memberikan berbagai informasi sehubungan dengan profil usaha dan produk atau
jasa yang ditawarkan. Di sisi konsumen sebagai calon pembeli (buyers), internet
menyediakan akses secara luas dan bebas terhadap semua perusahaan yang telah
“mendaftarkan” diri di dunia maya. Pertukaran informasi dalam arena ini
dapat dilakukan secara satu arah maupun interaktif melalui beragam produk
elektronik, seperti komputer, telepon, faks, dan televisi. Proses bisnis
pertama di dalam sistem E-Commerce ini dinamakan sebagai “information sharing”.
Prinsip penjual di dalam proses ini adalah untuk mencari dan menjaring calon
pembeli sebanyak-banyaknya, sementara prinsip pembeli adalah berusaha sedapat
mungkin mencari produk atau jasa yang diinginkannya, dan mencoba untuk mencari
tahu penilaian orang lain terhadap produk atau jasa tersebut.
Setelah aktivitas tukar-menukar informasi dilakukan, proses
bisnis selanjutnya adalah melakukan pemesanan produk atau jasa secara
elektronik. Dua pihak yang bertransaksi sudah selayaknya harus melakukan
aktivitas perjanjian tertentu, sehingga proses pembelian dapat dilakukan dengan
sah, benar, dan aman. Pembelian antara dua entiti bisnis biasanya
dilakukan melalui jaringan tertentu seperti EDI (Electronic Data Interchange)
atau ekstranet. Di dalam proses bisnis ini, ada empat aliran entiti yang harus
dikelola dengan baik:
1. Flow of goods (aliran produk);
2. Flow of information (aliran informasi);
3. Flow of money (aliran uang); dan
4. Flow of documents (aliran dokumen).
1. Flow of goods (aliran produk);
2. Flow of information (aliran informasi);
3. Flow of money (aliran uang); dan
4. Flow of documents (aliran dokumen).
Fasilitas E-Commerce yang ada harus dapat
mensinkronisasikan keempat aliran tersebut, sehingga proses transaksi dapat
dilakukan secara efisien, efektif, dan terkontrol dengan baik.
Setelah transaksi usai dilakukan dan produk telah
didistribusikan ke tangan konsumen, barulah proses terakhir yaitu aktivitas
purna jual dijalankan. Pada tahapan ini penjual dan pembeli melakukan berbagai
aktivitas atau komunikasi seperti:
1. Keluhan terhadap kualitas produk;
2. Pertanyaan atau permintaan informasi mengenai produk-produk lain;
3. Pemberitahuan akan produk-produk baru yang ditawarkan;
4. Diskusi mengenai cara menggunakan produk dengan baik,
Dan lain sebagainya.
1. Keluhan terhadap kualitas produk;
2. Pertanyaan atau permintaan informasi mengenai produk-produk lain;
3. Pemberitahuan akan produk-produk baru yang ditawarkan;
4. Diskusi mengenai cara menggunakan produk dengan baik,
Dan lain sebagainya.
Target dari interaksi ini adalah agar di kemudian hari
terjadi kembali transaksi bisnis antara kedua pihak yang didasari pada kepuasan
pelanggan.
Ketiga proses utama di dalam value chain sistem E-Commerce
ini dapat dilakukan selama 24 jam sehari dan 7 hari seminggu. Berdasarkan
kenyataan, website dan email merupakan dua sarana yang kerap dipergunakan dalam
melakukan transaksi perdagangan. Yang perlu diperhatikan adalah bahwa pihak
penjual harus memiliki pusat basis data (corporate database) yang berisi
informasi mengenai produk dan jasa perusahaan beserta semua rekaman interaksi
antara penjual dan pemberi (formal maupun informal) yang terjadi. Sistem basis
data ini akan menjadi sebuah pusat pengetahuan korporat (corporate knowledge)
yang di dalamnya terdapat data mentah maupun informasi mengenai perilaku
konsumen dan pasar.